Rabu, 24 Oktober 2007

MENANGKAL RASA SAKIT MENJELANG HAID

Daku dapet artikel ini dari internet gara gara teringat istri daku dulu sebelum hamil selalu sakit pada waktu haid. Dan kebiasaan di Indonesia bahwa wanita yang mengalami sakit waktu haid ini tidak berani mengambil cuti yang sebenarnya telah ditetapkan oleh pemerintah & disetujui perusahaan.
Mereka biasanya tidak mau mengambil karena takut diomongin dibelakang, jadi mereka takut dijustifikasi memanfaatkan peluang ini untuk tidak masuk kerja.
NAh dari itulah mungkin bagi para wanita yang mengalami rasa sakit waktu haid dapat memperoleh manfaat melalui artikel ini.


MENANGKAL RASA SAKIT MENJELANG HAID

Hampir separuh populasi wanita dewasa mengalami sindrom pra-menstruasi alias PMS (pre-menstruation syndrome). Gejalanya sangat beragam dan acap kali berbeda antara penderita yang satu dengan yang lain. Ada empat tipe PMS yang masing-masing memiliki gejalanya sendiri. PMS Anda termasuk tipe yang mana? Simak pula diet tepat untuk mencegah sindrom yang menjengkelkan ini.

Setiap menjelang haid, selalu saja Murti merasa pusing dan gampang marah. Sampai-sampai pekerjaan kantornya terganggu kalau ia sedang didera gejala-gejala yang menjengkelkan itu. Yang lebih membuat dongkol, teman-temannya jarang merasakan gejala demikian.


Gangguan kesehatan berupa pusing, depresi, perasaan sensitif berlebihan sekitar dua minggu sebelum haid biasanya dianggap hal yang lumrah bagi wanita usia produktif. Sekitar 40% wanita berusia 14 - 50 tahun, menurut suatu penelitian, mengalami sindrom pra-menstruasi atau yang lebih dikenal dengan PMS (pre-menstruation syndrome). Bahkan survai tahun 1982 di Amerika Serikat menunjukkan, PMS dialami 50% wanita dengan sosio-ekonomi menengah yang datang ke klinik ginekologi.

PMS memang kumpulan gejala akibat perubahan hormonal yang berhubungan dengan siklus saat ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium) dan haid. Sindrom itu akan menghilang pada saat menstruasi dimulai sampai beberapa hari setelah selesai haid.

Penyebab munculnya sindrom ini memang belum jelas. Beberapa teori menyebutkan antara lain karena faktor hormonal yakni ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron. Teori lain bilang, karena hormon estrogen yang berlebihan. Para peneliti melaporkan, salah satu kemungkinan yang kini sedang diselidiki adalah adanya perbedaan genetik pada sensitivitas reseptor dan sistem pembawa pesan yang menyampaikan pengeluaran hormon seks dalam sel. Kemungkinan lain, itu berhubungan dengan gangguan perasaan, faktor kejiwaan, masalah sosial, atau fungsi serotonin yang dialami penderita.

Sindrom ini biasanya lebih mudah terjadi pada wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid. Akan tetapi ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya PMS. Pertama, wanita yang pernah melahirkan (PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima). Kedua, status perkawinan (wanita yang sudah menikah lebih banyak mengalami PMS dibandingkan yang belum). Ketiga, usia (PMS semakin sering dan mengganggu dengan bertambahnya usia, terutama antara usia 30 - 45 tahun). Keempat, stres (faktor stres memperberat gangguan PMS).

Kelima, diet (faktor kebiasaan makan seperti tinggi gula, garam, kopi, teh, coklat, minuman bersoda, produk susu, makanan olahan, memperberat gejala PMS). Keenam, kekurangan zat-zat gizi seperti kurang vitamin B (terutama B6), vitamin E, vitamin C, magnesium, zat besi, seng, mangan, asam lemak linoleat. Kebiasaan merokok dan minum alkohol juga dapat memperberat gejala PMS. Ketujuh, kegiatan fisik (kurang berolahraga dan aktivitas fisik menyebabkan semakin beratnya PMS).

Tipe dan gejalanya
Tipe PMS bermacam-macam. Dr. Guy E. Abraham, ahli kandungan dan kebidanan dari Fakultas Kedokteran UCLA, AS, membagi PMS menurut gejalanya yakni PMS tipe A, H, C, dan D. Delapan puluh persen gangguan PMS termasuk tipe A. Penderita tipe H sekitar 60%, PMS C 40%, dan PMS D 20%. Kadang-kadang seorang wanita mengalami gejala gabungan, misalnya tipe A dan D secara bersamaan.

Setiap tipe memiliki gejalanya sendiri. PMS tipe A (anxiety) ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitif, saraf tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami depresi ringan sampai sedang saat sebelum mendapat haid. Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron: hormon estrogen terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon progesteron. Pemberian hormon progesteron kadang dilakukan untuk mengurangi gejala, tetapi beberapa peneliti mengatakan, pada penderita PMS bisa jadi kekurangan vitamin B6 dan magnesium. Penderita PMS A sebaiknya banyak mengkonsumsi makanan berserat dan mengurangi atau membatasi minum kopi.

PMS tipe H (hyperhydration) memiliki gejala edema(pembengkakan), perut kembung, nyeri pada buah dada, pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan berat badan sebelum haid. Gejala tipe ini dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe PMS lain. Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan di luar sel (ekstrasel) karena tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita. Pemberian obat diuretika untuk mengurangi retensi (penimbunan) air dan natrium pada tubuh hanya mengurangi gejala yang ada. Untuk mencegah terjadinya gejala ini penderita dianjurkan mengurangi asupan garam dan gula pada diet makanan serta membatasi minum sehari-hari.

PMS tipe C (craving) ditandai dengan rasa lapar ingin mengkonsumsi makanan yang manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana (biasanya gula). Pada umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala yang terkadang sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin menyantap makanan manis dapat disebabkan oleh stres, tinggi garam dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esensial (omega 6), atau kurangnya magnesium.

PMS tipe D(depression) ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam mengucapkan kata-kata (verbalisasi), bahkan kadang-kadang muncul rasa ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri. Biasanya PMS tipe D berlangsung bersamaan dengan PMS tipe A, hanya sekitar 3% dari selururh tipe PMS benar-benar murni tipe D.

PMS tipe D murni disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen, di mana hormon progesteron dalam siklus haid terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon estrogennya. Kombinasi PMS tipe D dan tipe A dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu stres, kekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan penyimpanan timbal di tubuh, atau kekurangan magnesium dan vitamin B (terutama B6). Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung vitamin B6 dan magnesium dapat membantu mengatasi gangguan PMS tipe D yang terjadi bersamaan dengan PMS tipe A.

Ada pula kram perut
Pada hari pertama atau satu hari menjelang datang bulan, banyak wanita yang mengeluh sakit perut atau tepatnya kram perut. Gangguan kram perut ini tidak termasuk PMS walaupun ada kalanya bersamaan dengan gejala PMS.

Kram pada waktu haid atau nyeri haid merupakan suatu gejala yang paling sering. Gangguan nyeri yang hebat, atau dinamakan dismenorea, sangat mengganggu aktivitas wanita, bahkan acap kali mengharuskan penderita beristirahat bahkan meninggalkan pekerjaannya selama berjam-jam atau beberapa hari.

Dismenorea memang bukan PMS. Dismenorea primer umumnya tidak ada hubungannya dengan kelainan pada organ reproduksi wanita dan hanya terjadi sehari sebelum haid atau hari pertama haid. Nyeri perut ini juga tidak ada hubungannya dengen PMS yang mulai terasa 10 - 14 hari sebelum haid. Gejala malah hilang begitu haid datang. Kalau dismenorea membaik atau bahkan hilang sama sekali setelah seseorang melahirkan, tidak demikian dengan PMS. Wanita yang pernah melahirkan malah berisiko lebih tinggi menderita PMS.

Untuk mengatasi PMS, biasanya dokter memberikan pengobatan diuretika untuk mengatasi retensi cairan atau edema (pembengkakan) pada kaki dan tangan. Pemberian hormon progesteron dosis kecil dapat dilakukan selama 8 - 10 hari sebelum haid untuk mengimbangi kelebihan relatif estrogen. Pemberian hormon testosteron dalam bentuk methiltestosteron sebagai tablet isap dapat pula diberikan untuk mengurangi kelebihan estrogen. (Dr. Elvina Karyadi, MSc, ahli gizi Masyarakat-SEAMEO Tropmed UI)
http://www.indomedia.com/intisari/1999/Mei/haid.htm


DIET TEPAT MENCEGAH PMS

Pencegahan PMS (sindrom pra-menstruasi) dapat dilakukan melalui diet yang tepat dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

* Batasi kosumsi makanan tinggi gula, tinggi garam, daging merah(sapi dan kambing), alkohol, kopi, teh, coklat, serta minuman bersoda.
* Kurangi rokok atau berhenti merokok.
* Batasi konsumsi protein (sebaiknya sebanyak 1,5 gr/kg berat badan per orang).
* Meningkatkan konsumsi ikan, ayam, kacang-kacangan, dan biji-biji-bijian sebagai sumber protein.
* Batasi konsumsi makanan produk susu dan olahannya (keju, es krim, dan lainnya) dan gunakan kedelai sebagai penggantinya.
* Batasi konsumsi lemak dari bahan hewani dan lemak dari makanan yang digoreng.
* Meningkatkan konsumsi sayuran hijau.
* Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung asam lemak esensial linoleat seperti minyak bunga matahari, minyak sayuran.
* Konsumsi vitamin B kompleks terutama vitamin B6, vitamin E, kalsium, magnesium juga omega-6 (asam linolenat gamma GLA).
Di samping diet, perhatikan pula hal-hal berikut ini untuk mencegah munculnya PMS:
* Melakukan olahraga dan aktivitas fisik secara teratur.
* Menghindari dan mengatasi stres.
* Menjaga berat badan. Berat badan yang berlebihan dapat meningkatkan risiko menderita PMS.
* Catat jadwal siklus haid Anda serta kenali gejala PMS-nya.
* Perhatikan pula apakah Anda sudah dapat mengatasi PMS pada siklus-siklus datang bulan berikutnya.
http://www.indomedia.com/intisari/1999/Mei/b_haid.htm


KEROKAN "MENOTOK" TITIK AKUPUNKTUR

Misteri kerokan makin lama makin terkuak rahasianya melalui penelusuran titik akupunktur. Terapi tradisional yang secara turun-temurun dilakukan untuk mengusir masuk angin ternyata memang manjur untuk menolak "angin" sampai bikin orang ketagihan.

Di antara sekian jenis gangguan kesehatan, masuk angin termasuk yang paling sering kita derita. Gejalanya antara lain meriang, kepala pening, leher dan pundak pegal-pegal. Banyak yang lalu mengandalkan jejamuan tradisional untuk mengusir "angin" yang telanjur "masuk". Namun, tidak sedikit yang memilih cara tradisional lain yaitu "melukisi" bagian tubuh dengan menggosokkan uang logam dan minyak atau balsam sebagai pelicin. Hasilnya, memang lumayan cespleng asal bukan masuk angin kasip (kronis) yang sudah berat.

Misteri ilmiah kerokan atau kerikan yang sudah berlangsung turun-temurun di kalangan masyarakat kebanyakan ini akhirnya semakin terkuak ketika Dr. Koosnadi Saputra, DSR, melakukan penelitian untuk menelusuri titik-titik akupunktur. Ketua Laboratorium Akunpunktur pada Pusat Penelitian, Pengembangan, dan Pelayanan Kesehatan Depkes RI, Surabaya, ini menuturkan, kerokan sebenarnya salah satu cara untuk menghangatkan bagian tubuh yang digosok-gosok itu.

Ketika orang menderita masuk angin - yang oleh kalangan kedokteran lazim disebut common cold - suhu tubuh bagian belakang turun. Menurut Koosnadi, masuk angin itu terjadi akibat penurunan atau defisiensi energi panas di tubuh bagian belakang. Dengan kerokan suhu bagian itu coba dihangatkan untuk mencapai keseimbangan semula.

Untuk menjelaskan pola keseimbangan itu Koosnadi meminjam konsep dasar pengobatan tradisional (Cina) yang membagi tubuh menjadi bagian tubuh panas (yang) dan bagian tubuh dingin (yin). Bagian yang meliputi kepala serta tubuh bagian belakang. Sementara yin terdapat pada tubuh bagian depan. Menurut konsep yin-yang, orang dibilang sehat bila yin dan yang) tubuh dalam keadaan seimbang. "Kalau tidak seimbang, akibatnya ya sakit. Begitu pula kalau yin defisien, berarti tubuh sakit. Yang terlalu tinggi, yin rendah, sakit juga." jelasnya.

Dalam hal masuk angin, defisiensi panas (yang) atau penurunan suhu tubuh menyebabkan pembuluh darah di kulit tubuh bagian belakang mengalami penyempitan (konstriksi). "Pembuluh darah kulit yang (mengalami) konstriksi memberi reaksi dingin. Konstriksi itu merupakan efek kompensasi. Saat suhu tubuh bagian belakang menurun, otomatis pembuluh darah kulit berkontriksi agar seluruh tubuh tidak dingin," tutur radiolog yang meraih gelar doktor di Universitas Airlangga, Surabaya.

Konstriksi atau penyempitan itu, lanjutnya, bisa mengakibatkan oksigenasi pada permukaan tubuh bagian belakang berkurang. "Kalau oksigenasi pada permukaan tubuh (terutama bagian belakang) turun atau berkurang, sekujur badan terasa sakit. Selanjutnya, muncul gejala bersin pertanda terjadi penurunan temperatur tubuh," tuturnya. Nah, tindakan kerokan bisa mengubah kondisi tubuh yang mengalami defisiensi panas tadi menjadi seimbang.

Menganut hukum Einstein
Dasar pengobatan tradisional, menurut Koosnadi, bersumber pada energi. Energi cuma ada satu, tetapi pola penyakit ada empat yaitu kuat, lemah, panas, dan dingin. Prinsip penyembuhannya adalah mengembalikan energi ke posisi seimbang atau normal. "Kalau kuat dilemahkan, yang lemah dikuatkan, yang panas didinginkan, dan yang dingin dipanaskan. Sehat itu adalah kondisi energi yang seimbang."

Demikian juga dalam kasus masuk angin, pada tubuh bagian belakang (yang) mengalami defisiensi energi. Untuk menyembuhkannya, tubuh harus mengembalikan keseimbangan yang dan yin. Caranya dengan menaikkan suhunya (yang) lewat cara digosok-gosok. Mengurangi yin dengan cara dikompres air dingin, misalnya, memang bisa menjadi seimbang, tetapi tidak berada pada porsi yang normal.
Upaya untuk meningkatkan panas di bagian belakang tubuh bisa berpedoman pada hukum Einstein (E = mC2). Energi atau panas dihasilkan dari gesekan dua benda. Kalau permukaan kulit tubuh digosok-gosok dengan tangan secara cepat, suhu tubuh pun akan meningkat. "Panas yang cukup tinggi menyebabkan terjadinya pelebaran pembuluh darah dalam kulit. Otomatis peredaran darah menjadi lebih lancar dan oksigenasi lebih baik sehingga rasa sakit di tubuh berkurang," jelasnya.

Berhubung gosokan dengan tangan dirasa kurang efektif, orang lalu melakukannya memakai benda tumpul, yang kemudian jamak disebut dengan kerokan itu. Alat untuk menggaruk bisa berupa uang logam, sendok, tulang, atau kayu. Pokoknya, benda tumpul yang tidak melukai kulit.

Lancarnya oksigen yang dibawa darah, tambah Koosnadi Saputra, secara signifikan memperbaiki suhu tubuh. Pembuluh vaskular menjadi lebar, darah mengalir lancar, dan oksigenasi menjadi optimal. Dalam kondisi ini pun timbul reaksi otonomik (simpatik parasimpatik). Saraf otonom pada bagian belakang tubuh juga menjadi seimbang.

Jadi, kerokan merupakan upaya mengusir masuk angin dengan peningkatan panas, dan bukan mengeluarkan atau memasukkan "angin" lewat pori-pori kulit. Bagi masyarakat awam, kerokan sering dipahami sebagai cara untuk "mengeluarkan angin" dari tubuh lewat pori-pori kulit. Padahal, menurut Koosnadi, angin atau udara tidak pernah masuk atau keluar lewat pori-pori. Angin hanya bisa masuk atau keluar lewat organ pernapasan dan pencernaan.

Sebenarnya ada cara tradisional lain untuk meningkatkan suhu permukaan tubuh yaitu dengan membalurkan abu dapur hangat atau param. Kini sedang diteliti pula alat penghangat tradisional Cina bernama moksa yang terbuat dari daun kering tanaman Artemesia vulgaris dari spesies Chrysanthemum. Kompres penghangat itu juga bermanfaat untuk mengusir masuk angin.

Masuk angin gara-gara gentoran angin dingin AC, menurut Koosnadi, tidak perlu diobati. Cukup menggeser tempat duduk, pegalnya akan sembuh. Tapi kalau sudah kronis, perlu perlakuan yang sulit dan mahal, biasanya dengan alat-alat pemanas elektrik. Masuk angin kronis tidak sekadar di bawah kulit tapi sudah sampai ke dalam otot. "Jadi, perlu pemanasan dalam sampai kedalaman 3 - 4 cm di bawah kulit. Itu tidak mungkin dicapai dengan kerokan," kata radiolog yang juga pemerhati masalah pengobatan tradisional.

Ada polanya
Kerokan tidak dilakukan pada tubuh bagian depan (yin). Selain kurang etis, juga kurang berguna. Untuk mengusir masuk angin, yang efektif mengerok daerah yang (bagian belakang tubuh dan kepala atau leher).

Pola umum kerokan biasanya membentuk "garis-garis" lurus dari atas ke bawah dan miring di sisi kiri-kanan ruas-ruas tulang belakang ataupun pada leher bagian belakang. Menurut Koosnadi, itu bukan tanpa alasan. Pada tubuh kita terdapat sekitar 360 titik akupunktur utama yang berhubungan dengan organ penting. Begitu pun pada tubuh bagian belakang, terdapat titik-titik yang berhubungan dengan organ dalam tubuh (organ viscera).

Dengan pola kerokan yang benar, yakni ditarik lurus ke bawah di sisi kanan-kiri ruas tulang belakang, kemudian digeser condong ke arah kiri dan kanan seperti itu, reaksi sepenuhnya dapat dicapai. Dengan kata lain, titik-titik akupunktur dapat dicapai dengan sempurna. Gosokan-gosokan itu mungkin secara tidak sengaja menekan titik-titik akupunktur tertentu di tubuh bagian belakang.

Tindakan kerokan searah yang diulang-ulang merupakan gerakan memperkuat. Sampai sejauh mana kekuatan tekanannya tidak ada batasan tertentu. Yang penting tak sampai melukai. Tiap orang memiliki kepekaan kulit dan daya tahan terhadap rasa sakit yang berbeda-beda. Karena itu, ada yang dikerok pelan saja sudah meringis kesakitan. Tapi tak jarang ada yang justru minta dikerok kuat-kuat sampai bagian kulit merah padam. Padahal tak ada aturan hasil kerokan harus sampai merah darah. Kalau seseorang menderita masuk angin, otomatis permukaan kulit akan cepat memerah jika digosok.

"Dengan digosok atau dikerok, pembuluh darah yang menyempit akan cepat melebar. Terjadi peredaran darah sangat cepat pada bagian yang dikerok sehingga kulit menjadi merah. Ada reaksi zat-zat di jaringan di bawah kulit, sehingga menimbulkan semacam perdarahan di bawah kulit," jelas Koosnadi.

Merangsang keluarnya morfin
Sampai saat ini tidak ditemukan efek sampingan dari kerokan. "Ada yang bilang, kerokan yang dilakukan terus-menerus akan memperlebar pori-pori kulit. Tapi apa sih pengaruh dari pori-pori kulit (yang melebar)?" katanya.

Gosokan pada permukaan kulit merangsang hormon di bawah kulit antara lain prostaglandin (Pg) dan histamin. Trauma pada kulit karena kerokan akan merangsang pengeluaran zat-zat hormon dalam jaringan bawah kulit, selanjutnya akan menimbulkan reaksi lokal. Reaksi lokal meningkatkan vaskularisasi pada bagian yang dikerok. Pengeluaran hormon juga akan menimbulkan peningkatan aliran darah kulit.

Selain itu, menurut Koosnadi, kerokan membuat orang ketagihan. "Kalau suatu jaringan kulit mendapat perlakuan kerokan, akan timbul reaksi jaringan. Bisa reaksi lokal atau yang bersifat neural (saraf). Reaksi lokal terlihat langsung, misalnya warna merahnya kulit. Kerokan dengan intensitas kuat dan frekuensi rendah mengenai titik-titik saraf yang menghubungkan ke otak sehingga otak mensekresikan hormon endomorfin (ada beta endorfin, dinorfin, dan enkepalin).

Reaksi lokal membuat tubuh merasa enak. Sementara B-endorfin menimbulkan rasa nyaman karena endorfin merupakan zat yang dapat menghambat maupun menghilangkan rasa nyeri. Adanya zat-zat itu dalam darah menyebabkan penderita merasa lebih enak dan segar. B-endorfin juga merangsang organ viscera, terutama paru-paru dan jantung, sehingga penderita bisa bernapas lebih enak dan lega, serta peredaran darah menjadi lebih baik.

"Yang menimbulkan ketagihan pada kerokan kemungkinan zat morfin (endorfin) itu. Padahal, tujuan tubuh mengeluarkan zat morfin hanya untuk reaksi lokal. Karena terus-menerus dan melebihi batas kebutuhan, tubuh penderita merasakan enak dan nyaman. Jadinya, ya, ketagihan."

Bukan kemasukan angin
Bila ditelusuri, penyebab masuk angin sebenarnya ada dua kategori yakni penyebab dari luar dan dalam. Angin merupakan salah satu penyebab luar. Penyebab dari dalam biasanya karena kebiasaan, kelainan organ-organ dalam, atau kelainan bawaan.

Istilah masuk angin tidak diartikan bahwa angin benar-benar masuk ke dalam tubuh. Kondisi yang sebenarnya adalah, "(Tiupan) angin menyebabkan suhu tubuh menurun. Karena bagian belakang terkena angin, maka yang turun - temperatur turun - dan terjadilah (apa yang kita sebut) masuk angin," tuturnya.

Peristiwa itu berbeda dengan pengaruh hawa dingin yang mengenai seluruh tubuh. Pengaruh suhu udara di sekitar diterima secara seimbang oleh seluruh tubuh, baik bagian belakang maupun depan. Artinya, kalau suhu udara turun, temperatur seluruh badan pun akan ikut turun. Sementara, paparan angin umumnya cuma mengenai salah satu sisi badan sehingga bagian itu saja yang turun suhunya. "Jadi, wajar kalau orang lantas menyebutnya 'masuk angin' walau tak ada angin yang masuk," ujarnya.

Masuk angin akut lebih mudah dikenali, dengan tanda bersin-bersin dan pilek. Namun, bila masuk angin tidak disadari dan berlangsung terus-menerus, bisa menimbulkan rasa sakit yang kronis. Paling sering terjadi adalah nyeri leher dan pundak gara-gara AC.

Masuk angin juga bisa menyebabkan perut kembung, karena di bagian belakang tubuh terdapat titik-titik yang berhubungan dengan organ dalam. Namanya titik asosiasi organ dalam. "Nah, kalau titik-titik itu dirangsang, organ dalam ikut kena. Ini bisa dibuktikan dengan menyuntikkan bahan radioaktif, yang selanjutnya akan masuk ke organ dalam," tuturnya.

Sekarang, boleh simpan baik-baik uang logam Anda yang pinggirnya licin, siapa tahu nanti bisa untuk kerokan kalau terkena masuk angin. (A. Hery Suyono)
http://www.indomedia.com/intisari/1999/Mei/kerokan.htm

Tidak ada komentar: