Minggu, 07 Oktober 2007

Dampak Pertanian dan Peternakan Terhadap Perubahan Bentuk pada Katak


Dampak Pertanian dan Peternakan Terhadap Perubahan Bentuk pada Katak



Di atas menunjukkan gambar dua katak “normal” dan empat katak dengan bentuk tak lazim (beberapa kehilangan salah satu tungkai kaki dan lainnya memiliki banyak tungkai). Hasil ini berawal dari studi tahun 2002 lalu. Para peneliti mengatakan, perubahan bentuk pada katak-katak tersebut merupakan akibat nitrogen dan fosfor yang berasal dari pertanian dan peternakan merembes masuk ke danau dan kolam. (Joseph Kiesecker/Penn State/Getty Images)

(Erabaru.or.id) — Nutrisi dari pupuk dan kotoran hewan mengakibatkan perubahan dramatis dalam ekosistem air yang membantu sejenis hama parasit tertentu sehingga menimbulkan perubahan bentuk pada katak-katak di Amerika Utara ini, kata peneliti.

“Anda mau katak yang memiliki lima atau enam bonus tungkai kaki. Atau anda ingin katak yang kehilangan salah satu kaki belakangnya. Anda bisa mendapatkan apa saja dari semua katak yang memiliki bentuk yang janggal dan aneh,” kata Pieter Johnson, seorang ekologis dan ahli biologi evolusioner di Universitas Kolorado di Boulder yang memimpin studi ini, dalam sebuah wawancara telepon.

Banyak ahli ekologi yang mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kondisi hewan amfibi yang menyedihkan dan peran dari aktivitas manusia yang menurunkan tingkat populasi mereka.

“Kita terus-menerus menyaksikan banyak hewan amfibi dengan cacat tubuh di banyak tempat dan sangat sedikit yang dilakukan untuk mempertahankan dan menjaga eksistansi mereka,” kata Johnson.
Sementara para ilmuwan mempersalahkan infeksi parasit terhadap perubahan bentuk beberapa jensi amfibi dalam beberapa tahun ini, studi ini mendokumentasikan bagaimana dampak dari peternakan dan pertanian malah mendukung proses perubahan bentuk pada amfibi.

Nutrisi menstimulasi pertumbuhan ganggang, yang berdampak pada meningkatnya populasi siput. Hama parasit mikroskopil bernama trematodes menjangkiti siput-siput, dan itu mengindikasikan semakin banyak siput berarti semakin banyak hama.

Serangan ‘Hantu’
Hama-hama tersebut dapat berkembang biak di dalam tubuh siput, yang dikatakan Johnson sebagai ‘hantu’ yang dikebiri oleh parasit, membiarkan hama-hama menyebarkan ribuan keturunannya.

Hama-hama itu kemudian mengerumuni kecebong, menyusup dan bersembunyi di tempat di mana tungkai tumbuh, membentuk kista dan menyebabkan pertumbuhan yang tidak sempurna.

Namun bagaimana seekor hama mengambil manfaat dari seekor amfibi yang memiliki perubahan bentuk demikian? Pemangsa seperti burung memangsa katak-katak yang terinfeksi dan menyebarkan hama kembali ke dalam ekosistem melalui kotoran burung. Kata-katak dengan bentuk tak sempurna lebih mudah ditangkap dan dimangsa, menguntungkan sirkulasi hidup hama, kata Johnson.

Untuk menguji peran nitrogen dan fosfor ikut andil dalam proses perubahan bentuk ini, para peneliti menciptakan 36 kolam di Wisconsin dan memasukkan siput-siput dan kecebong ke dalamnya. Mereka menambahkan nitrogen dan fosfor, mengamati perkembangan.

Berdasarkan studi dalam Proceedings of the National Academy of Sciences, perkembangan populasi siput, produksi telur hama parasit dan rata-rata katak terinfeksi meningkat tajam pada kolam-kolam yang ditambahkan nitrogen dan fosfor.

Lebih lanjut Johnson mengatakan penelitian ini bertujuan menelusuri jejak hubungan antara dampak nutrisi dari seluruh jenis benda di dalam lingkungan air, dan timbulnya penyakit pada manusia atau margasatwa.

http://en.epochtimes.com/news/7-9-24/60085.html

Tidak ada komentar: