Senin, 08 Oktober 2007

Manusia Ikan, Benarkan Ada?

Manusia Dasar Laut Memang Eksis? Menyingkap Misteri “Makhluk Hidup Serupa Manusia” yang Menetap Di Air Dalam


(Erabaru.or.id) - Mengenai asal-usul mitologi manusia dasar laut sudah sangat lama, terlebih lagi sejak beberapa dekade ini selalu merupakan topik yang diperhatikan orang-orang. Akan tetapi hingga saat ini, tidak ada yang bisa mengetahui makhluk hidup dasar laut ini sebenarya apa? Namun sejak beberapa dekade, sehubungan dengan data makhluk hidup dasar laut yang disaksikan menunjukkan, bahwa mereka memang eksis di atas bumi ini.

Berita harian Jiang Nan tanggal 2 Oktober, tahun 1958, Doktor Lordan dari lembaga samudera nasional Amerika berhasil memotret sejumlah jejak kaki aneh yang mirip manusia dasar laut di kedalaman 3 mil samudera Atlantik

Tahun 1963, di laut bagian timur, ketika Angkatan Laut Amerika (Navy Seal) mengadakan latihan perang di kapal selam menemukan sesosok “makhluk aneh”, ia bukan ikan, juga bukan binatang, melainkan sebuah “kapal” yang berbaling-baling, bergerak hilir mudik di kedalaman 300 meter laut dalam di dasar laut, kecepatan mencapai 280 km, kecepatan speed-nya adalah harapan teknologi manusia modern yang jauh tertinggal.

Tahun 1968, juru kamera bawah air wilayah Miami, AS yakni Moony melihat sesosok binatang yang aneh di dasar laut: Mukanya seperti kera, lehernya lebih panjang 4 kali lipat dibanding manusia, matanya seperti mata manusia, tapi lebih besar. Setelah binatang itu melihat juru kamera tersebut, lantas dengan gerakan refleks berenang menjauh menggunakan “baling-baling” di bagian kakinya.

Tahun 1973, puluhan kapal perang Norwegia dan NATO menemukan sesosok makhluk aneh bawah air yang di sebut “kapal siluman”. Setelah diserang dengan berbagai senjata, namun semuanya tidak berguna. Ketika ia menyembulkan diri di atas permukaan air, segala peralatan telekomunikasi radio, radar dan sonar yang begitu banyaknya tidak berfungsi, dan baru normal kembali saat ia lenyap.
.
Pekerja ganggang laut di sepanjang pantai Spanyol melaporkan, bahwa mereka pernah melihat sebuah bangunan beratap bundar yang transparan dan besar di dasar laut, nelayan dan pelaut di pinggir daratan benua Amerika juga mengatakan pernah melihat benda serupa. Menurut pakar dari Amerika bahwa ia tidak seperti instalasi pertahanan tertentu. Jika demikian halnya, lantas karya siapakah ini?

Menghadapi makhluk bawah air berinteligensi yang langka ini, ilmuwan Amerika berpendapat, mereka bukan saja bisa hidup di dalam samudera yang beroksigen, tapi juga dapat hidup di “udara samudera”, merupakan cabang lain dari manusia purbakala.

Namun orang yang berpandangan lainnya berpendapat, bahwa tidak mungkin makhluk serupa manusia di dasar laut itu adalah manusia dari cabang lainnya, sebab tingkat teknologi makhluk-mkahluk berinteligensi ini sudah jauh melampaui teknologi manusia di daratan. Besar kemungkinan mereka adalah makhluk angkasa luar yang unik yang menetap di air dalam. Sebab di antara 4 spesies makhluk angkasa luar sejenis yang pernah mengadakan kontak dengan kita, yang paling sering ditemui adalah “makhluk ganjil serupa manusia”.

Menurut laporan bulan September 1984, bahwa di antara insiden jatuhnya pesawat UFO yang terjadi di sekitar teluk Ao bi, Siberia, 5 sosok “makhluk angkasa luar” yang diselamatkan orang-orang dari lokasi kecelakaan tersebut. Sekujur tubuh mereka ditumbuhi dengan sisik yang halus, tidak berbibir, dan anggota bagian tubuh lainnya mirip dengan anak-anak manusia. Bayi yang dilahirkan salah satu “makhluk angkasa luar” betina beratnya 1.752 gram, tinggi 0,5 m, sisik di tubuhnya sangat tebal, kepalanya seperti kadal, matanya sipit dan hitam, tidak mempunyai batang hidung, tetapi ada sebuah lubang kecil, dan warna kulitnya sedikit berwarna biru.

Seandainya laporan di atas itu benar, maka tidak sulit untuk mendapatkan kesimpulan tentang hubungan “makhluk-makhluk angkasa luar” tersebut dengan spesies yang hidup di dasar laut. Apalagi kemampuan inteligensi mereka adalah perbedaan yang sangat jauh dengan manusia. Makhluk-makhluk berjiwa yang berinteligensi tinggi ini, besar kemungkinan adalah suatu ras makhluk angkasa luar tertentu. Namun sebenarnya apakah makhluk-makhluk serupa manusia di dasar laut ini, masih perlu menunggu ilmuwan untuk menyingkapnya.

Baca Juga : Manusia Ikan yang Tersingkir

Baca Juga : Antara Duyung dan Manusia Duyung

Sumber: http://www.epochtimes.com/gb/2/10/3/n220398.htm

http://www.erabaru.or.id/k_17_art_28.htm
--------------------------------------------------


Manusia Ikan yang Tersingkir




Legenda manusia ikan (manusia duyung) barang kali tidak sekadar mitos. Bukti-bukti dari laporan perjalanan telah menunjukkan eksistensi jenis manusia ini. Selama berabad-abad, selain legenda-legenda tentang manusia ikan dan hantu air yang beredar di kalangan rakyat, cukup banyak orang yang pernah menyaksikan sendiri sejumlah makhluk misterius di danau yang dalam, sungai dan laut. Karena itulah, para ilmuwan mendapatkan inspirasi, apakah manusia bisa menjadi manusia amfibi yang bebas leluasa?

(Erabaru.or.id) - Pengarang Rusia Alexander Gorbovsky selama bertahun-tahun mengumpulkan kisah yang diceritakan orang tentang makhluk air misterius yang pernah disaksikan sendiri oleh mereka, tidak kurang di antaranya sejumlah orang terkenal yang mengalaminya sendiri. Pada tahun 1522, ada orang pernah melukis tentang pelayaran keliling dunia Ferdinand de Maggellan dan tergambar pada sisi kapal uap itu seorang manusia ikan. Dan di dalam buku harian kapal seorang ahli pelayaran laut lainnya yaitu Handerson, pada tanggal 15 Juni 1608 itu tercatat: "Hari ini telah disaksikan suatu makhluk hidup yang hingga sekarang belum pernah ditemui. Dada dan punggungnya seperti wanita, kulit putih bersih, rambut hitam pekat berkilauan, dan badan bawahnya adalah ekor yang mirip dengan ekor lumba-lumba."

Suatu ketika pengarang Tugonivo mandi di sungai, dan melihat sesosok wanita serupa monyet. Pengalaman yang luar biasa waktu itu diberitahukan kepada Morbhoshang, dan belakangan kemudian alur cerita ini ditulis ke dalam novel horornya. Menurut yang dituturkan Gorbovsky, bahwa kawasan laut Kara, Rusia selama ini adalah sarangnya "manusia ikan". Dan sejumlah penduduk desa di pinggir danau kawasan Aloweici kerap melihat makhluk aneh yang panjangnya 1,5 meter, kepalanya bundar, berambut panjang, lengan dan kakinya putih halus, hanya saja tubuhnya berwarna tanah cokelat kekuning-kuningan muncul di tengah danau. Selain itu masih ada di beberapa wilayah di Rusia di mana kerap kali terlihat berbagai macam "makhluk aneh hantu air".

Pada tahun 1982, satuan penyelam pengintai Rusia bertemu dengan makhluk air yang persis menyerupai manusia di kedalaman air danau Baikal, mereka memiliki perawakan sepanjang 3 meter, tubuhnya mengenakan seragam ketat warna abu-abu keperakan, dan di kedalaman 50 meter tidak menggunakan peralatan pernapasan, hanya membawa penutup selam berbentuk bola, berenang dengan sangat cepat. Untuk menangkap "perenang-perenang" ini, tidak sedikit pasukan manusia katak yang kehilangan nyawanya. Panglima Angkatan Darat Rusia memerintahkan menyelidiki masalah ini, dan perintah juga dilampiri dengan sebuah laporan singkat keadaan. Dalam laporan itu disebutkan beberapa tempat di danau air dalam yang pernah terlihat adanya fenomena yang tidak biasa. Yang dimaksud dengan fenomena tidak biasa menunjuk pada makhluk air yang pernah muncul dan serupa dengan "perenang di danau itu", sejumlah piringan bundar besar dan bulatan yang tenggelam atau mengapung, memancarkan cahaya kuat dari kedalaman dasar air. Semua dokumen ini digolongkan sebagai "rahasia tingkat tinggi".

Dan cukup banyak juga pelaut yang pernah melihat beberapa fenomena aneh di bawah air. Pada suatu malam di tahun 1973, sebuah kapal motor berbendera Rusia melihat ada sebuah "roda" bercahaya yang sangat besar berputar cukup lama selama beberapa menit dalam air di selat Malaka. Seorang awak kapal uap berbendera Yugoslavia pada 1983 juga pernah melihat lingkaran bundar yang berputar di teluk Persia. Selama 20 tahun belakangan ini, dilaporkan tidak sedikit pelaut-pelaut yang melihat "roda" aneh berada di gugusan pulau laut sekitar Andaman, Thailand dan Bangladesh, serta pesisir pantai Indonesia.

Era Baru dalam edisi sebelumnya juga pernah memuat bukti-bukti lain. Pada September 1929, seorang nelayan di China menangkap seekor hewan laut yang mukanya seperti manusia. Sebelumnya pada 1800-an, manusia ikan setinggi 1 meter dijumpai oleh nelayan di sebuah sungai di Osaka, Jepang. Pada 1991, para ilmuwan juga telah menemukan fosil manusia ikan betina pertama yang masih utuh. Dua orang nelayan Amerika pada tahun yang sama juga menemukan kerangka tulang manusia ikan, begitu juga di Kuwait pada 24 Agustus 1980 dilaporkan penemuan bangkai manusia ikan di pantai Laut Merah. Lebih aneh lagi pada 1962, kapal yang memuat para tentara dan ilmuwan di luar laut Kuba telah menangkap seorang bocah dengan kulit bersisik, berinsang, kepala mirip manusia, ekor mirip ikan. Ia mengaku dirinya berasal dari daerah Atlantis.

Mengenai apakah manusia dalam air itu eksis atau tidak, para ilmuwan mengemukakan pandangan yang berbeda. Beberapa peneliti manusia salju Rusia berpendapat, bahwa manusia ikan kemungkinan besar adalah sejenis dengan manusia salju, dan yang lebih dalam lagi bahkan mengemukakan hipotesanya, "Manusia ikan adalah betinanya manusia salju, adalah istrinya manusia salju! Dan mengapa mereka bisa kerap kali muncul serta terlihat di dalam air, adalah karena di sanalah bisa menemukan makanan."

Namun, ada yang tidak setuju dengan pandangan tersebut di atas. Peneliti Sisoyev dari Fakultas Biologi Universitas Moskwa, Rusia berpendapat, "Kemungkinan besar para pelaut telah melihat pesut dan lembu laut yang disangkanya manusia ikan. Binatang-binatang menyusui ini, panjang tubuhnya 2-4 meter, mereka tidak saja hidup di laut, bahkan di daerah muara sungai. Batang tubuh mereka memperlihatkan bentuk torpedo, kaki depan berbentuk sirip, tidak ada kaki belakang, hanya ada sirip ekor. Jika dari jarak dekat memandang mereka tentu saja tidak seperti manusia, namun di bawah air dan di bawah pancaran sinar purnama, perilaku dan suara mereka kadang kala seperti manusia."

Berbeda dengan pendapat tersebut, ahli binatang dari Amerika, Burtgae menunjukkan bahwa seluk beluk penggambaran jenis makhluk hidup ini sejak zaman Yunani kuno memiliki sejumlah besar segi yang mirip. Manusia ikan yang klasik memiliki indera visual sepasang mata, dan kedua mata melihat satu arah. Mereka sama seperti manusia, ibu jari serta jari tangan lainnya saling terpisah. Dan hampir semua yang dilukiskan orang-orang tentang manusia ikan ini kepalanya besar-besar, ini menjelaskan bahwa otak besar mereka sangat maju. Pada bagian tubuh bawah agak sedikit mirip dengan ekor sebangsa ikan paus. Karena pencemaran lingkungan ekologi dan penangkapan ikan secara besar-besaran, saat ini manusia amfibi jenis tersebut hampir punah.

Dan, satu-satunya orang yang dapat menjelaskan secara lebih lengkap tentang keberadaan manusia ikan adalah Master Li Hongzhi. Dalam ceramah hukum alam semesta di Swiss pada tanggal 4-5 September 1998, pencipta Falun Gong (Falun Dafa) ini mengungkapkan jenis-jenis manusia lain, "Beberapa ada yang hidup (tinggal) di dimensi kita ini, beberapa ada yang tidak. Tidak hanya ada manusia di dalam lautan, tetapi di dalam dimensi yang eksis pada tingkat yang sama seperti kita juga ada manusia lain --manusia yang sama seperti kalian dan manusia yang tidak sama seperti kalian. Kalian dapat menyebutnya manusia, atau bukan. Karena mereka agak emosional tetapi tidak memiliki nafsu-nafsu manusia biasa, separuh bawah tubuhnya adalah dalam bentuk beberapa material; hanya tubuh bagian atasnya dalam bentuk manusia. Sehingga mereka dapat mengapung dan melayang. Kebanyakan manusia dalam lautan mempunyai ras-ras yang tersingkirkan dari bumi selama periode waktu berbeda."

"Dan ada juga beberapa manusia yang memang merupakan manusia dari dasar laut: Ada yang mirip manusia, ada yang tubuh bagian atasnya manusia dan tubuh bagian bawahnya seperti ikan, dan ada juga yang tubuh bagian atasnya seperti ikan dan tubuh bawahnya manusia. Lagi pula, di dasar dari lempeng kontinental juga ada manusia dari masa lampau, yaitu ras-ras manusia yang tersingkirkan di masa lampau. Mereka tidak dapat kembali naik karena mereka telah terbuang dari dunia manusia, yaitu dari bumi. Sehingga sebagian dari mereka yang tidak memiliki karma dan dosa-dosa yang begitu besar hidup di dalam bumi. Demikianlah bagaimana mereka berada, dan mereka tidak keluar --mereka hanya hidup di sana. Jumlahnya sedikit sekali. Mereka sering kali sedikit memiliki kemampuan daripada manusia dan tidak tersesat seperti manusia."

(Diolah dari berbagai sumber)

Bocah yang Menyerupai Ikan


Pengarang Rusia Bealiyanov (1884-1942) menulis sebuah novel yang terkenal berjudul "Manusia Amfibi", dan sumber inspirasi tokoh utamanya adalah berasal dari sebuah mitos, yang dikisahkan adalah pada 300 tahun silam. Seorang bocah yang tidak biasa alias aneh bernama Fransisco, ketika berusia 5 tahun, ia sudah bisa menyelam dalam air selama beberapa menit. Pada bulan Februari 1674, ia pergi ke sebuah anak sungai samudera Atlantik dan berenang di sana, dan sejak itu, tidak ada kabar beritanya lagi.

Lima tahun kemudian, ada orang yang menebar jala menjaring dia, dan didapati, kedua tulang belakang dan dari leher hingga tulang kemaluannya semuanya ditutupi sisik ikan berwarna cokelat, dan antara jari tangan bahkan bertautkan selaput warna cokelat, persis seperti cakar katak. Orang-orang meletakkannya di halaman asrama Bruder ordo Fransiskan, namun setelah 10 hari kemudian ia kembali lagi ke samudera Atlantik. Wartawan dari Spanyol Illy Charlie telah menemukan buku harian pada abad ke-17 itu di asrama, dan membuktikan bahwa memang benar-benar ada kejadian tersebut.

Pada tahun 1991, kantor berita Itar-Tass memberitakan tentang seorang wanita Peru yang melahirkan seorang anak yang bernama Edwin. Sekujur tubuh sang bocah kecil ditutupi sisik ikan, tidak ada daun telinga, hidungnya hanya merupakan dua lubang kecil, ditambah lagi dengan mulut tidak berbibir, sekilas tampak mirip seperti seekor ikan. Pada hari ke-9 Edwin meninggal dunia karena para dokter tidak dapat menyembuhkan penyakit septicaemia (keracunan darah) dan penyakit nekrosisnya. Selain itu, menurut laporan berita Atlanta News, bahwa baru-baru ini serangkaian jenis manusia ikan lahir di Filipina. Seorang wanita dari Manila melahirkan 3 orang anak yang memiliki insang, dikarenakan mereka memiliki alat pernapasan seperti ikan pada umumnya, mereka bisa bertahan dalam air selama 10 menit lebih --sesuatu yang tidak mungkin dilakukan anak seusianya.

Ahli kebidanan dan doktor ilmu kedokteran pusat ilmu ginekologi Jisgeakorva berpendapat, bahwa ada sejumlah orang yang dilahirkan dengan apa yang disebut sebagai manusia air, ketidaksempurnaan fisiologi ini disebut "fenomena lembu laut", yang dimaksud adalah kedua kaki bayi yang baru dilahirkan tumbuh menjadi satu, dan pertumbuhan di telapak kaki tumbuh seperti "ekor ikan" yang mirip lembu laut. Dan di dunia ini, dalam setiap 60 ribu kasus kehamilan terdapat 1 kasus bayi seperti "manusia ikan", namun hanya sedikit sekali makhluk aneh ini yang bisa bertahan hidup lama.

Eksperimen Hidup di Air

(Erabaru.or.id) - Pertengahan tahun 1950-an, Profesor Gill Stella dari Jerman mengemukakan sebuah pendapat yang sangat berharga: "Jika memang proses yang dijalankan insang dan paru-paru itu sama, dan seandainya larutan di dalam air memiliki oksigen yang cukup, maka manusia pasti bisa bernapas di dalam air." Pada tahun 1959, Gill Stella memasukkan tikus ke dalam larutan fisiologis oksigen yang mengandung 3,5 tekanan udara, dan di luar dugaan ternyata mereka bisa bertahan hidup selama beberapa jam di bawah kondisi yang demikian luar biasa. Kepala Lembaga Penelitian Ilmu Resusitasi Umum Rusia yakni Profesor Molosev membenarkan, bahwa mengadakan percobaan seperti ini terhadap binatang sangat sukses di Rusia.

Mereka juga pernah mengadakan percobaan pernapasan cair terhadap binatang, memasukkan tabung ke dalam pembuluh napas anjing, kemudian memasukkan cairan khusus ke paru-parunya. Dan sang anjing dapat hidup selama beberapa jam. Pada 25 tahun silam, pernah dibuat sebuah film dokumentar, pada layar film terdapat seekor tikus berada di sebuah cairan yang banyak mengandung oksigen, dan terlihat ia menggerak-gerakkan kumisnya terus-menerus, dan tampaknya cukup baik.

Begitu penelitian ini dimulai sudah menarik perhatian lembaga intelijen Amerika (CIA). Dan menurut pengungkapan media cetak, bahwa Angkatan Laut AS memerintahkan diadakan percobaan contoh pertama manusia air di Pusat Ilmu Kedokteran Universitas Duke, AS, membuat "mati rasa dengan sejumlah besar obat bius" di pangkal tenggorokan seorang sukarelawan, lalu memasukkan sebuah tabung yang memiliki elastisitas ke saluran pernapasannya, kemudian mengisi penuh suatu cairan campuran yang khusus dibuat ke paru-parunya. "Manusia eksperiman dalam air" ini sepertinya telah bernapas selama 4 jam di dalam air. Organisme manusia secara lahiriah tidak bisa menahan tekanan air, bahkan hanya setetes air masuk ke dalam wilayah sensitif pada saluran pernapasan, batang kapiler akan menekan tenggorokan, dan pertama-tama timbul kejang klonus, kemudian menyebabkan sesak napas. Sang sukarelawan sudah "tidak punya" saluran pernapasan, maka baru dipastikan percobaan bisa dilaksanakan dengan lancar. Namun, para ahli menegaskan, bahwa kelak orang yang memiliki saluran pernapasan yang normal juga bisa bernapas di dalam air, sebab reaksi refleksi organisme terhadap cairan semestinya dapat dipecahkan secara teknologi.

Kita kembalikan tema utama, bahwa meskipun pada suatu hari nanti, manusia benar-benar bisa menjadi manusia amfibi yang bebas leluasa, lantas apakah pantas menyelam hingga ke dasar laut? Siapa tahu, dasar laut telah diduduki oleh makhluk hidup lainnya? Ilmuwan Amerika Sanderson sejak awal telah mengemukakan sebuah pendapatnya yang sangat berani, bahwa planet kita bereksistensikan peradaban dasar laut. Ia mengatakan, "Kita telah senantiasa menjelajahi semua pelosok, sulit makhluk angkasa luar bertahan hidup di dunia (ruang dimensi) kita, maka mengapa tidak terpikirkan pada sejumlah tempat yang lebih dekat, seperti misalnya, mencari mereka di kedalaman lautan? Dan tampaknya "hipotesa ini masih merupakan fakta yang harus dicarikan buktinya".

(Sumber: Majalah Great Science, disadur www.secretchina.com)
http://www.erabaru.or.id/k_01_art_66.htm
--------------------------------------------------------------
Antara Duyung dan Manusia Duyung


Duyung dan manusia duyung berbeda. Duyung, sejenis mamalia laut yang bentuknya seperti anjing laut. Sedangkan manusia duyung, ikan dengan bagian tubuh atas mirip manusia. Fakta menunjukkan manusia duyung pernah hidup.

Duyung merupakan satu makhluk yang hidup di laut dan kini spesies ini semakin langka. Dugong-dugong, nama asing dari duyung merupakan sejenis mamalia laut yang boleh juga disebut "seacow" khususnya di Filipina. Bagi sebagian orang, duyung mungkin tampak seperti lumba-lumba kegemukan atau anjing laut bengkak. Tapi, anggapan itu keliru.

Sebetulnya duyung lebih dekat dengan gajah. Layaknya mamalia darat itu, duyung pun terkenal sebagai vegetarian yang taat. Raksasa laut ini hanya doyan menyantap rumput laut. Dalam satu hari, ia sanggup melahap 25-30 kilogram rumput laut. Itu sebabnya, duyung lebih suka berenang di perairan dangkal, sedang duyung dan anjing laut yang memangsa ikan berada di perairan dalam. Selain itu, orang seringkali menamakan satwa ini dengan sebutan "ikan" duyung. Sama saja kalau menyebut "ikan" lumba-lumba dan "ikan" paus. Padahal, semua hewan itu adalah mamalia laut dan tidak tergabung dalam keluarga ikan.

Hewan laut ini hidup tersebar di 42 negara di sekeliling Samudera Hindia dan Pasifik Barat, termasuk di Indonesia. Meski punya wilayah jelajah yang amat luas, duyung termasuk satwa langka. Nasibnya seperti di ujung tanduk. Di beberapa tempat, hewan ini menjadi satwa yang berada di ambang kepunahan. Itu terjadi akibat ulah manusia juga. Mereka terus memburu duyung untuk diambil dagingnya yang katanya enak. Kabarnya, minyak duyung bisa dimanfaatkan menyembuhkan TBC dan nyeri persendian. Sedangkan taring duyung dipakai sebagai pipa rokok. Di negara kita, duyung telah dipayungi Undang-Undang No. 5 Tahun 1990. Artinya, satwa ini dilindungi negara dan tak boleh diburu.

Di Tanah Air, duyung bisa dijumpai di beberapa daerah, salah satunya di Taman Nasional Gunung Palung yang memiliki keragaman hayati yang tinggi dan masih dalam keadaan asli. Taman seluas 90.000 ha ini terletak di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat berada di tiga kecamatan yaitu Sukadana, Simpang Hilir dan Sungai Laor. Di sini terdapat Cagar Alam Pulau Maya Karimata yang merupakan tipe ekosistem terumbu karang yang tersebar luas di laut yang mempunyai gugusan pulau ini. Pada kawasan laut tersebut terdapat aneka jenis fauna khas yang dilindungi seperti ikan duyung (dugong-dugong) kura-kura (dermocelys coriacaena), tutong (batagur baska), kura-kura gading (orlitia borneensis) dan aneka jenis ikan hias air laut.

Keberadaan ikan duyung yang mendiami kawasan ini, juga mulai jarang terlihat, beberapa tahun yang lalu nelayan pernah menangkap ikan yang penuh legenda ini, namun jauh di perairan Kendawangan. Ancaman dari mamalia endemik ini adalah kesadaran nelayan yang masih kurang, untuk melindungi satwa yang terancam punah itu. Nelayan dan msyarakat sekitar kawasan Cagar Alam Pulau Maya Karimata ini, juga doyan terhadap daging ikan duyung yang terkenal lezat tersebut. Hal ini jauh berbeda dengan jenis ikan lumba-lumba laut (BA Dolphinidae) yang selalu dilindungi, karena hewan ini di kalangan nelayan dianggap hewan mitos, yang akan menyelamatkan manusia saat tenggelam di laut.

Di Jakarta, ikan duyung bisa ditemui di akuarium air laut Seaworld Indonesia. Di sini ada seekor duyung jantan yang menghuni salah satu akuarium air laut. Hewan ini berasal dari Labuhan, Banten. Waktu itu duyung ini ditemukan dalam kondisi yang mengenaskan, nyaris mati akibat jeratan nelayan di pantai daerah Labuhan.
Sejak tiga tahun lalu, duyung yang diberi nama Si Dul itu resmi menjadi penghuni Seaworld Indonesia.

Lantas, apa hubungannya duyung dengan 'manusia duyung'? Selama ini kita sering mendengar ikan dengan separuh tubuh bagian atas berbentuk manusia dalam cerita-cerita dongeng. Mereka digambarkan sebagai seekor ikan dengan paras seperti manusia yang cantik jelita.

Pada September 1929, seorang nelayan di China menangkap seekor hewan laut. Hewan ini mempunyai ekor seperti ikan, kepalanya berupa kepala anjing dan muka hewan ini seperti manusia. Hewan ini beratnya mencapai 80 kg. Hewan yang akhirnya dikeringkan ini panjangnya 120 cm. Sebelumnya pada tahun 1800-an, seorang nelayan yang memancing di sebuah sungai di Osaka, Jepang juga mendapat manusia duyung. Hewan yang tingginya semeter ini mengeluarkan bunyi seperti bayi sedang menangis. Anehnya, manusia duyung ini berwajah buruk, tidak seperti yang selama ini kita dengar dari cerita dongeng.

Pada tahun 1991, para ilmuwan juga telah menemukan fosil ikan duyung betina pertama yang masih utuh di dunia. Fosil itu menunjukkan, tingginya 160 cm, mulai dari bagian pinggang ke atas mirip manusia, bagian kepala berkembang baik, isi otaknya sangat besar, kedua tangan bercakar tajam, matanya sama seperti jenis ikan pada umumnya, tak berkelopak mata. Di bulan Agustus pada tahun yang sama, dua orang nelayan Amerika menemukan sebuah kerangka tulang belulang ikan duyung. (Harian Obor) dari Kuwait pada tanggal 24 Agustus 1980 melaporkan penemuan bangkai ikan duyung di pantai Laut Merah. Bentuk atas ikan duyung seperti ikan bagian bawah menyerupai tubuh wanita, sama seperti manusia mempunyai dua kaki dan sepuluh jari kaki.

Tahun 1962, sebuah kapal yang memuat para tentara dan ilmuwan di luar laut Kuba telah menangkap seorang bocah yang bisa berbahasa manusia, kulit menyerupai sisik ikan, berinsang, kepala mirip manusia, ekor mirip ikan. Duyung kecil tersebut menyebut dirinya berasal dari kota Atlantis, masih menceritakan kepada para peneliti bahwa di beberapa juta tahun lalu, daratan besar kota Atlantis melintangi benua Afrika dan Amerika Selatan, kemudian tenggelam. Manusia jenis ini masih tertinggal dan sekarang hidup di bawah laut, usianya mencapai 300 tahun. Kemudian duyung kecil tersebut dikirim ke sebuah lembaga riset rahasia di Laut Hitam, untuk diteliti secara mendalam oleh para ilmuwan.

Master Li Hongzhi, pada ceramahnya di Swiss dalam bukunya yang berjudul Falun Fofa (Darma Buddha dalam Falun) menyinggung soal keberadaan manusia duyung. "cTidak saja ada manusia di laut, tapi dalam ruang dimensi yang setingkat dengan kita ini pun ada munusia yang lainnya, manusia yang sama seperti kalian, masih ada lagi manusia yang tidak sama dengan kalian, sebut mereka pun boleh, tapi tidak pun tak apa-apa. Karena mereka mempunyai sejumlah kasih sayang tapi tidak memiliki hasrat seperti manusia biasa, sebab tubuh bagian bawahnya berbentuk kematerian, hanya di atas saja berbentuk tubuh manusia, oleh karena itu dia dapat melayang ke mana saja, berterbangan ke mana saja. Kebanyakan manusia di lautan termasuk manusia yang tersingkirkan oleh zaman yang berbeda di bumi sebelumnya. Ada juga manusia di bawah laut, ada yang kurang lebih sama seperti manusia, yang tubuh bagian atasnya manusia tapi bagian bawah adalah ikan, ada juga yang bagian atas ikan tapi tubuh bagian bawahnya manusia."

(Diolah dari berbagai sumber)
http://www.erabaru.or.id/k_17_art_05.htm

Tidak ada komentar: